ketika kita sudah berada di setengah suatu perjalanan, seringkali kita merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. so here i am, sedang menyelesaikan setengah perjalanan saya, dalam rangka mengukuhkan diri sebagai script writer sebuah film. acting like a professional scriptwriter is rarely easy. but criticism that improves the script must be accepted. how does a scriptwriter get “out of the way” of the ego? while still maintaining enough self belief to continue?
there is a line between arrogance and confidence. where is that line? Think about this. if it is said that “pride is a prison” then “humility is the key”. separating both is that line. hahahhaa
masalahnya, saya suka gemas sendiri ketika saya tertawa, senyum, menangis, hanya karena mendengar sepenggal dialog spektakuler dari sebuah adegan. Ruma Maida, yang ditulis Ayu Utami contohnya, bisa berhasil membuat saya ingin mendatangi dia dan melemparkan pertanyaan tolol, "dikasih makan apa kamu mba?" saya heran kenapa dia bisa menjadi penulis yang dapat menyeimbangkan antara money dan art. you know, that infamous unholy matrimony.
dan kemarin saya menonton (kembali) beberapa film dan serial yang dapat membuat saya mengeluarkan ekspresi berlebih.
and being a scriptwriter? for me, it's like being a shadow who standing in a front. i like it :)
No comments:
Post a Comment