Berawal dari ajakan Theoresia Rhumte yang bilang, "dil, ayok kita galakkan 30 hari nulis postingan di blog!" Mendengar ajakan itu, saya sempat berpikir, rrr...i don't know. saya punya blog lain atau tulisan-tulisan lain yang harus saya pertanggung-jawabkan. Tapi setelah dipikir-pikir, apa salahnya dengan menyisihkan satu postingan stiap harinya selama 30 hari. Toh saya juga tidak membuat postingan tentang asal-muasal gerakan neo-liberalisme, yang saya lakukan hanyalah sama seperti yang biasa yang saya lakukan: mengembangkan satu pernyataan kecil yang terkadang meletup-letup di otak saya menjadi sebuah postingan blog.
Tapi sebenarnya apa alasan yang membuat saya harus berpikir dua kali menanggapi ajakan ini?
Teman saya pernah bilang, agar kita konsisten dengan karya-karya idealis kita, jangan sampai menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama. Penulis novel yang berprofesi sebagai kolumnis. Atau penulis cerpen yang berprofesi sebagai editor majalah. Katanya, tidak akan fokus. Terlalu sering berkutat dengan tulisan, tulisan, tulisan, tulisan. Akhirnya jenuh. Writer's block. Ah, tapi, bagaimana ya. Tawaran ini cukup menggiurkan. Cukup membuat saya tertantang.
30 hari menulis. satu hari satu posting. dan itu dilakukan berturut-turut. saya jadi berpikir, ini dia dilla, waktunya kamu mencoba untuk mau diuji, termasuk kategori manakah hubungan kamu dengan dunia tulis-menulis itu? Tahan banting? Rapuh? Datar-datar saja?
So yes, theo, gina. i'm in. Let's start this challange! *ketok palu*
1 comment:
mari menulis :-) aku senang kamu ikut. Hihi.
Post a Comment