Sunday, August 1, 2010
day #18 who needs radio when you got beautiful mixtapes?
Satu email yang membuat saya terinspirasi, dan kembali pada ingatan atas sebuah buku yang (kebetulan) sudah saya baca.
Bukan untuk menjadi seorang presenter kondang, tapi bermonolog sambil memutarkan lagu favorit itu menyenangkan. Bukan untuk menjadi mc handal, tapi bermain dengan teater pikiran dengan latar belakang musik itu sebuah seni yang membuat saya ketagihan. Satu hal menyenangkan lainnya adalah berkutat dengan flow lagu, playlist ajib, yang tidak hanya bisa ditawarkan oleh radio semata, tapi juga mereka-mereka yang memiliki anugerah ketika mereka menjadi seorang mixtaper (sebutan saya untuk makhluk-makhluk yang bisa membuat mixtape canggih).
Tujuh tahun berhubungan cinta, didasari oleh passion terhadap musik, terciptalah "Love Is A Mixtape" by Rob Sheffield (music writer Rolling Stone) yang menceritakan hubungan percintaannya dengan istrinya, seorang Renée Crist, penulis berbakat sekaligus music-geek, yang akhirnya meninggalkan Rob selama-lamanya. Memori adalah sebuah kata yang sangat kuat, karena komposisinya adalah emosi, perasaan, sesuatu yang personal, dan memori yang didukung oleh referensi musik yang kuat cukup membuat saya berkata, Rob, your relationship is perfect. I'm not saying was. It "Is", because your relationship is too worthy to accompanied by was.
Musik adalah sesuatu hal yang fundamental. saya tidak memiliki referensi yang mencengangkan orang hingga mereka berkomentar "What are you? Some kinda music dictionary?", tapi saya cukup percaya diri untuk berkata bahwa saya sangat menghargai hal yang satu ini, terlebih jika mendapatkan lagu-lagu yang memang susah dicari. "Love Is A Mixtape" adalah sebuah buku yang bisa membuat saya tersenyum geli, berpikir, larut dalam petikan review, dan mengangguk-angguk setelah mendapatkan wawasan tentang musisi-musisi seperti Leonard Cohen, Dusty Springfield, Pavement, The Pooh Sticks, dan The Meat Puppets. Satu kesimpulan yang saya dapatkan, mixtape dapat menjadi media sebuah evolusi cinta. Sebuah mutasi pedekate atau bahkan komunikasi, lebih dari sekedar pertukaran surat.
Menyenangkan rasanya tersenyum mengetuk-ngetukan jari di setir ketika berada dalam sebuah perjalanan dan diiringi lagu yang pas dan sesuai hati. Atau mengeluarkan ekspresi berlebih ketika mendengarkan lagu favorit kita, yang bisa dikategorikan sebagai musik yang sidestream, tapi ternyata eh ternyata, diputar di radio kesayangan kita. God bless all of the talented music directors.
I'm in high.
High whenever i heard great songs, with great lyrics. And good music is like some damn drugs along with its withdrawal effect.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment