Tuesday, October 21, 2008

Satu Kata Ternyata.

Wanita itu berusaha menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Anak itu tersenyum, lalu wanita itu menyuapkan lagi makanannya. Anak itu tersenyum lagi. Seperti ingin mengucapkan terima kasih tetapi kata terima kasih itu tidak pernah terlontar,
ia tahu ada yg salah.
Kemudian wanita itu mengusap, mencium, memeluk dan membelai dengan penuh kehangatan. Anak itu terpejam, merasa senang, bahagia, tapi terdiam.
ia tahu ada yang salah.
Beberapa saat kemudian wanita itu mulai menggeliat, menggerutu, menceraiberaikan segala hal yang ada di depannya, membentak dan memarahi anak itu hingga anak itu tersedak. Anak itu mengelus dadanya. tersenyum, ia mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah namun itulah yang membuatnya bahagia. ketidak-mampuannya untuk memprediksi apakah detik berikutnya ia akan disuapi makanan, dipeluk, dibelai, atau...disakiti.

Hell with it, he's still gonna love it. Ketidak-teraturannya. Ketidakmampuannya untuk berprediksi. Anak itu tetap bahagia.
Wanita itu.

Alter-ego.

5 comments:

Anonymous said...

sata kata? satu kata ya?

duh, ga ngerti.

bamboo flute said...

Aduh kakak,salah ketik tuh ya,koq sata kata??

brainmelosa said...

bener, satu kata ko. beda persepsi ya?

brainmelosa said...

ooohh!!! i get it!! hahhahahahahaha

THE NEXT INDONESIA SENATOR BLOG said...

keren...
memang ketika hidup mengikuti alur (layaknya aliran air atau angin) itu terkadang terasa mengasyikkan...
we never know what will happen in the future...

Tapi yang perlu diingat jangan sampai aliran itu membawa kita ke tempat yang salah, ingat kita juga punya kuasa untuk paling tidak 'mempengaruhi' aliran kehidupan ini..

seperti anak itu...
entah apapun akhirnya yang dilakukan si ibu...
seandainya saja dia bisa membalas dengan pelukan hangat, ucapan terima kasih, saya rasa senyumannya akan lebih berarti....