Wednesday, December 29, 2010

the stereotype




Hari itu, saya berada dalam sebuah perjalanan bersama seorang pria yang sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri. Dan perbincangan 30 menit itu menghasilkan banyak sekali kesimpulan dan pemikiran-pemikiran yang akan selalu saya kantungi dan saya simpan baik-baik.

Obrolan itu menyangkut seputaran perbedaan antara wanita dan pria. Kening saya beberapa kali berkerut mendengar pendapatnya. Berawal dari perbincangan ringan, kami akhirnya tiba dalam sebuah kesimpulan mendasar yang dikemukakan oleh kakak saya ini.


.....yah...orang kaya gitu sih ya berarti emang ya stereotype aja di. mau gak mau kita harus mengakui bahwa cowo tipikal rata-rata memang seperti itu. gua rasa sih, ketika cowo udah masuk tahap dimana dia sudah nyaman, dia akan selalu mencari "celah" untuk tetap berpetualang, sekecil apapun celah itu. dan kadang, cowo pada akhirnya juga jadinya kelakuannya kaya anak kecil, mentingin ego karena udah ngerasa aman....



Lantas saya berpikir, apakah saya dan wanita yang lain, harus memaklumi pria tipikal seperti itu? saya sempat berpikir, toh wanita juga tidak ada bedanya. hanya saja, disini hukum alamlah yang berlaku. pria memberi umpan, wanita memakan umpan itu. coba kalau tidak ada pemancing, mungkin ikan juga tidak akan gelisah. yang ada hanya damai dan bertahan hidup dengan caranya sendiri. dan ada beberapa hal yang sebenarnya membuat wanita "seakan" mampu untuk lebih berkomitmen dari pria. bahwa wanita dan pria sama-sama mengakui, wanita adalah makhluk yang dianugerahi dengan perasaan yang lebih kompleks. sensitifitasnya tinggi. untuk itu, mereka harus terus-menerus belajar membawa perasaan mereka dan lebih tahan banting, mampu menutup mata terhadap hal-hal yang sudah diluar batas komitmen dan mau tidak mau pula, wanita harus mau mengalami tempaan yang lebih kuat. wanita 24 tahun lebih berpikir kedepan daripada pria 24 tahun. makanya, banyak yg bilang, idealnya untuk mencari pasangan, wanita sebaiknya lebih muda dari pria.


sampai saat ini, walaupun saya terus berusaha untuk mengerti dan memberikan kelonggaran atas sikap dan sifat natural seorang pria, saya benci sekali ketika seorang pria memberikan kalimat excuse atas sebuah tindakan yang ia lakukan, apalagi ketika ia (secara langsung atau tidak langsung) menyakiti wanita, lalu dia berkata

"well, what can i say, i'm just being a guy."



hehehe. kok seakan-akan untuk menjaga harga diri dan orisinalitas, produk ciptaan Tuhan yang satu ini harus berada dalam sebuah hubungan simbiosis parasitisme. tapi pada intinya sih, saya yakin masih banyak kok pria di dunia ini yang termasuk dalam kategori "bukan tipikal", karena wanita pun demikian, banyak sekali kekurangan-kekurangan tipikalnya dengan versi yang berbeda. tapi, sebenarnya, yang dibutuhkan hanyalah: saling mengisi, mengerti, menghargai, dan selalu berusaha untuk tidak menyakiti. dan ketika itu terjadi, maka semua hal yang kompleks, bahkan hal tersensitif sekalipun, dapat menjadi sederhana.

Thursday, December 9, 2010

Guffaw Mi Head



“ Guffaw Mi Head”
-----the melodies that makes you go smile.

Realized that smiling over a moment when your ears meet your favorite song is becoming something that usual in our life, I dedicate this mixtape for those people who always being happy from only just nodding their head, dancing a little bit, until sing along then feel much better since their mood is boosted by certain melodies. Of course you can hear it everywhere. Bedroom, office, on your car, anywhere. Let’s reveal your spasmodic sounds, and be thankful for a any reason on why you smile, or giggle at the moment.

1. "Go out and love someone" - Pogo
2. "Hide me" - Granddadbob
3. "Heaven's on fire" - The Radio Dept
4. "My name is DOS" - Cyndi Seui
5. "On a string" - The Changes
6. "Time card" - Tigercity
7. "Since I left you" - The Avalanches
8. "Miss it so much" - Röyksopp feat. Lykke Li
9. "Screw me up and throw away" - First Aid Kit
10. "Songbird" - Tristan

you can download it here


Ps. untuk kali ini mixtapenya dihadiahkan khususnya buat teman-teman hackerspace dan skypeunite yang lagi keranjingan siaran streaming :)))

- Maradilla Syachridar -

Sunday, December 5, 2010

Stepping Stones

Please don't cry.

You know all you have to do is just passing another stepping stone. Another change in your life, where change is a choice and inevitable. You realized, that you’re powerless to change certain situations and cirsumstances. It's alright, my dear, you can do something within the context of time, the attempt to encapsulate, still capturing moments and make them real, make them count and not allowing them to become some hazy blur of color, perhaps artistically beautiful yet remain undefined and muted nonetheless.

We try to hold on.

You try to hold on.

you know, "that person" are probably something or someone who’ll make you see the moments that are spectacular and alive and not as something transitory and vanishing. Something instance that’ll teach us that letting go of the past is not a sign of helplessness or inability but a mark of courage and our capacity to hope and have faith. And your start-over maybe is a new change. But you see, start over sometimes become the most difficult thing to do be it with love, friendship, work, everything, since you hurt once, the middle is where the heart of it all lies, and who knows when you fail again, ending is the most bitter without the sweet.

so yeah, that leads you : start over is a massive stepping stone.

You realize what this and that really means? when do you start to be satisfied with who you are and what you have? when do you start to end this searching for where to start?

Friday, November 12, 2010

Greener Grass




Just five steps to go and you can see a different view. still you keep yourself you've got no power to cross the distance. You do your lawn with your own way. Independent, though you need help. Maybe a help from your neighbour to make it beautiful, to make the dewdrops worth because of its existence. You know, it's okay when you found out that your garden was a mess and you knocked your neighbour's door and asking for a help, a companion. Then you crossed the distance, the boundaries, and did it.

You ask your neighbour, how come a neighbour's grass is always greener? and you suddenly breathless, getting more realized, that for a greener grass, you have to make it work. And if you love someone else's lawn, why don't you ask that someone to make it contagious?

Honey, the old saying that beauty is an all-pervading presence. Your world, with every other's invasion, to whatever comes, then comes. See the beauty of allowing the flow takes you. Let your neighbour help you to make your grass greener.

Thursday, October 21, 2010

Di Balik Canting Ada Cerita

Sehelai kain katun, bukan mori, terbentang.
Dia, entah wanita, atau pria. Dia berharap, kain katun ini akan menjadi pakaian yang berguna, pakaian yang ikut merasakan kebahagiaan dunia yang menyaksikan keindahannya. Dengan ucapan basmallah, dia mulai menggambar sketsa dengan pensil. Gambar itu keluar dari otak kanannya, dari pemikiran-pemikirannya yang imajistik. Tak lama kemudian, keningnya berkerut memandangi coretan kasar itu, dan kerutan itu perlahan memudar. Puas.

Dengan hati-hati, dia mulai meraih canting, mulai menorehkan cairan malam. Atau sesekali dengan warna, yang melalui canting itu dia timpa secara teliti, tulus. Tidak ada motif yang terulang, seperti sebuah kesalahan dalam hidup, yang sebaiknya memang tidak diulang-ulang. Kombinasi warna yang ia torehkan diambil dari pengalaman hidupnya yang kaya, agar nanti, yang memakainya dapat mengalami banyak peristiwa kebahagiaan, sama sepertinya. Apakah harus selalu bahagia? Tentu saja, setiap kehidupan, seseorang bisa menjadi kuat setelah mengalami hambatan. Rintangan. Kesedihan. Kali ini, biarlah. Biarlah hambatan-hambatan itu menjadi warna dasar yang gelap, menjadi fondasi, agar bisa tertutupi oleh warna-warna penghiburan. Beberapa waktu setelahnya, ia mulai melanjutkan pewarnaan, lorot malam, bilas soda, jemur, setrika. Segera setelah semuanya selesai, ia beristirahat.

Singkat cerita, jadilah kain itu. Keringat dan usahanya tidak sia-sia. Walaupun dia tidak tahu, akan dibeli dengan harga berapa ketika kain itu menjadi sebuah pakaian, namun dia cukup puas. Keyakinannya kuat, sang pemakai akan bangga mengenakan kain ini. Pesta pernikahan, acara resmi, apapun. Dalam benaknya, semua telah terbayarkan, melalui imajinasi yang menari-nari di pikirannya: senyum senang yang dipantulkan dari cermin, yang timbul dari bayangan seseorang.

Ia teringat pesan ayahnya, batik tulis nak. Bukan printing, bukan cap. Khusus untukmu, hargai bakatmu melalui canting-canting yang aku wariskan ini. Biarkan jemarimu berkarya.

Dan hari itu, setelah kain menjelma menjadi sebuah pakaian, seorang wanita jatuh cinta padanya, membayangkan penciptanya yang bergelut dengan proses, sebuah perjalanan. Batik itu digenggamnya, terima kasih. Kukira, ada seseorang yang cocok mengenakannya. Batik itu akhirnya dia bawa pulang, dia kemas, dan dibayangkannya sebuah kalimat meluncur dari mulutnya ketika wanita itu memberikannya, pada tanggal 22 oktober, kepada seseorang:

"Selamat ulang tahun, Willy."

Thursday, September 2, 2010

Melosa.

Imagine you as a melody.

Name the tune that played, either in our mind, or around us, through all of our biggest lovelife moments. The first kiss. The first experience of lovemaking. The first great heartbreak. However, you have been so a part of me that I can recall the music that played around me, or in me, at most of my smaller moments as well. The first cup of coffee I ever drank. The first day of a new job. The first song I ever put on a cell phone. Yes, it may seem strange, but I am that musically inclined.

Some believe, as I never used to, that soulmates do exist. That there is one person in all the world that can bring about ultimate fulfillment, boundless love, and perfect completeness in your life. And finding you, i always keep up the trust, it won't be hard, because i always see that you are my perfect melody.



painting: Niki Sands

Tuesday, August 31, 2010

A Letter To Snob

Dear snob,
saya datang sebagai pembawa pesan dari seorang wanita.
Wanita itu tidak peduli jika kamu adalah penggemar jokes Sarah Silverman. Ia ingin meminta maaf (walaupun terpaksa dengan cara yang angkuh) jika ia sering menutup telinga ketika kamu menjejalinya dengan pengetahuan film-film bergenre noir dan french new wave. Dapatkah kamu melihat wanita itu meringis dengan terpaksa ketika kamu menunjukkan koleksi piringan hitam atau komik-komikmu yang rare? Wanita itu juga bertanya padaku, perlukah kamu mengumbar pemikiran pintarmu yang terlalu radikal?



Saya datang sebagai pembawa pesan.
Karena saat ini, wanita itu sedang enggan bertemu denganmu. Aku bertanya, kenapa harus enggan? Dia mengaku, dia sedang mengira-ngira, apa maksudmu? Apakah ingin menjadi guru pergerakan cutting edge? Ataukah ada maksud lain di balik itu? Karena jujur, ia tidak pernah silau dengan wawasanmu. Dia telah mencintai pria lain. Sekaligus mengagumi (Ya, mencintai dan mengagumi itu berbeda) pria tersebut.
Seseorang yang bersahaja, yang tidak pernah menjual isi otaknya, walaupun jika ditimbang, beratnya tidak kalah dengan otak kepunyaanmu.

Friday, August 27, 2010

Sejarah Yang Mendominasi.

Entah mimpi atau bukan, suatu ketika saya ingat momen dimana saya dilahirkan. Didominasi warna hijau, saat itu saya menjadi penonton sebuah kejadian paling penting dalam kehidupan saya sendiri. Dengan tangis yang memecah ruangan, kedua kaki mungil yang dipegang oleh pak dokter, lalu ayah saya yang berada di samping saya, saya disana. Hanya itu kejadian yang terekam, walaupun setitik ingatan itu merupakan sesuatu yang menurut saya luar biasa, karena tidak semua orang dapat mengingatnya.

Peristiwa kelahiran seseorang hanyalah contoh secuil bagian sejarah si empunya kenangan. Dengan sederhana orang-orang lebih menyebutnya masa lalu. Seorang penulis pernah berkata, setiap orang dari kita didominasi oleh suatu sejarah, dan untuk beberapa orang masih merasa bahwa sejarah seakan terlalu mengontrol siapa mereka hari ini, dan mempengaruhi pembentukan identitas mereka saat ini. Sejarah menurut mereka, telah menjadi juara bertahan sebuah originalitas. Dari pemikiran hingga tindakan.

Tidak ada yang menyuruh kita untuk melupakan sejarah, bahkan Tuhan pun tidak pernah menyuruh kita untuk lupa akan masa lalu kita, toh semua orang tidak dilahirkan amnesia. Tapi kecenderungan orang untuk menjadi ketergantungan terhadap sejarah lah yang terkadang membuat orang-orang tersebut sulit untuk maju. Ketakutan karma, kepercayaan terhadap mitos (dimana mitos sendiri sebenarnya bisa jadi masa lalu yang tidak memiliki rentang waktu), carut yang terus kita raba, yang akhirnya membuat seseorang kembali mengulangi kesalahan yang sama dan seakan berlari dalam sebuah lintasan yang berbentuk lingkaran. kembali lagi dan lagi.

Those, who cannot forget the past are condemned to repeat it.

We want to live, to be here, now. Sebuah hasrat yang melampau masa lalu, melawan waktu. Tidak ada yang namanya "Sejarah Baru", karena sejarah adalah sesuatu yang terbentuk dari masa lalu, bagian mana barunya?

Sejarah adalah sejarah. Sejarah dapat merekam momen-momen yang berharga. Dan tidak perlu mengagung-agungkan sebuah sejarah hingga kita selalu mencuri originalitasnya. Selalu tanamkan ini dalam hati: Present, i feel and exist, forever. Againts the the clocks, moving forward.

Tuesday, August 17, 2010

Local Genius


Perayaan kemerdekaan kemarin sempat membuat saya sedikit membahas tentang sebuah kemampuan yang konon dimiliki oleh Indonesia dalam hal kebudayaan. Kemampuan jenius bangsa yang bersifat lokal. Yes, it's Local Genius. Sebuah kemampuan lokal menantang sesuatu yang global.

Untuk yang masih belum ngeh apa itu local genius, local genius mengacu pada kemampuan kita sebagai bangsa yang berbudaya, untuk bisa menyerap budaya asing tanpa merusak budaya kita sendiri. Seperti yang sudah-sudah dilakukan oleh bangsa kita dalam proses akulturasi agama Hindu, Budha, Islam, atau contoh paling kecil sekalipun seperti adaptasi kita dalam hal resep masakan asing yang dikombinasikan dengan bumbu-bumbu nusantara. Kita mungkin tidak akan pernah menemukan McRice (burger nasi yang pernah diproduksi McDonalds) di Paris atau Amerika, dan kita juga tidak akan heran lagi jika seorang pembantu rumah tangga yang sifat kedaerahannya sangat kental tapi bisa memasak pasta dengan lihai.

Satu hal yang patut menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan komunitas kreatif kita? Ini dia yang menjadi pertimbangan saya dalam hal pemaknaan local genius. Bisakah kita mengagumi budaya british emo namun diadaptasi dengan kultur kita? Bisakah seseorang menjadi skateboarder ternama dengan gaya hidup yang menjunjung tinggi budaya lokal? Bisakah kita memadukan ketertarikan kita terhadap komunitas sepeda ontel plus kostum tradisionalnya dengan komunitas fixed-gear dengan gaya kekiniannya?

Kalau saja kita bisa memperluas ruang lingkup pemaknaan local genius bangsa kita, mungkin budaya-budaya asing yang paling umum sekalipun bisa diserap dan diaplikasikan kedalam seluruh aspek mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Budaya nasionalisme Jepang memang patut ditiru positifnya, tapi jika kita bisa mengakulturasi budaya nasionalisme mereka dengan versi kita dengan kejeniusan lokalnya, mungkin pada akhirnya kemampuan kita tidak hanya berguna bagi kita, tapi juga menjadi panutan bagi masyarakat internasional :)

Sunday, August 15, 2010

HOMOGENIC - and a very little part of their innermost thought



Photo by: Frian Indrasmara

You and Homogenic. Imagine that it’s sunday afternoon, and you’re on a beach house with them, having a nice and long conversation. From silly questions to philosophical answers. Sometimes giggle. Sometimes laughing pretty hard. Sometimes silence. And just thinking for while. It will be a nice holiday, after all. One thing that people should know: Homogenic for Dina, Dea, Manda and other members of this family, it is a daily dose because they’re living on it.
So here’s the convo:


------------------Let’s back to basic for a while. How did you joined Homogenic?


Dina
How did i join? i create this all...=)

Dea
On the process of producing the debut album "Epic Simphony" (2004) Dina asked me to join Homogenic as a fellow producer. From similiarities until my realization that their material song was more than amazing, i decided to fully contributing my passion to be a part of homogenic as an officially line up.

Manda
It happened in one click. At first dina contacted me and told me that homogenic was looking for a new vocalist. By the progress, as soon as i finished the trial for singing their songs, we have a chat and sharing about the vision for the future mission of homogenic. And from that moment, magic happens.

------------------------------How meaningful Homogenic is for you?

Dina
Homogenic is my lifetime affair. I cannot easily says no for this Homogenic thingy. Whatever it takes, it always become my priority. I'm rarely open nor share my thoughts to public but i become naked whenever you listen to my song and read my lyric.

Dea
It’s more than just a 'band' for me. something that make me who I am these days. Most of the people inside and around homogenic has been friends since the debut album and such things like line up change is rarely happened in Homogenic. It’s the beauty of professional relationship combined with loyalty friendship.

Manda
it’s feel like i finnally found a perfect harbor for my 'desire ship'. Homogenic is my new home, my new family, my new life and I'm so ready to live my life's journey together with them, in good or bad.

------------------- Homogenic is clearly a piece of art, what are some of the more affecting pieces or artwork or film or design or theater you’ve seen (personally) in the past few years that might’ve given Homogenic some of its shading?

DINA
I believe that art is personal, when it comes to "well designed" eventually it'll crossing your sense without any cogitation and appreciation. But i do plead there are some piece of arts that inspired me a lot in this creation process, as well as movies (dancer in the dark, science of sleep, virgin suicides, lost in translation, dogville,etc), book/novel (Kill the radio, the alchemist, etc)...well at the end the most noble art is human story itself.


DEA
i admire movies or graphic novels which gave me a deep impressions. I tried to translate those into the band's composition to create similiar ambients with the impressions that I get from the scenes. Movies by Michaels Gondry,Stanley Kubrick, and Michael Moore whilst sometimes enjoyed some crude humor from Judd Apatow's comedies. For the Graphic Novels, other than the Evangelion Saga, I really admire most of the works by Naoki Urasawa, specifically his ingenious collaboration with Osamu Tezuka to re-create one of the greatest story arc of Astro Boy into a suspense-thriller.


MANDA
While our song has deep meanings and and variety interpretations, for me, on the other way, Homogenic somehow remind me of a piece of work which has simple messages that everyone can accept. From “Serendipity” the movie, The Bird and The Bee, even ancient Indonesian Dictionary until the art of two way monologues between two lovers.


---------------------Homogenic had done a lot of collaborations at this point, and they’ve always been fairly eyebrow-raising (in a good way). have you ever consider doing more cross-medium collaborations (like you did with 12 authors in the 3rd album)


DEA
Sure! Most of the time, a work of art can be more conclusive if we enjoy it in a complete form. I believe that a collaboration with other artist can multiply the impact of the contents that we want our listeners to get, to understand our music as a whole work of art. In addition, it's better to work together than alone.

DINA
We believe in collaboration, and we will do it again for sure. But we still need time on focusing the subject of collaboration. Eventually, the collaboration itself will be worthless without any positive outcomes for two sides of collaborator. Before thinking about the new one, we consider to maximize the project we've made with this 12 astonishing writers.

MANDA
I believe that collaboration would always be one of the reason to make the band becoming greater and exist in society. I hope, not just writers, but we can make another breakthrough collaboration in the future.

----------------------------- Is the music as fun to make as it is to listen to?


DINA
Sure, indeed. At least i won't make song that i don't like to. The ambiance that come with the song listened, represent the state of the creation process at that time. Creating a song is not merely lyric writing and music arranging, but putting the soul on it.


DEA
It's not exactly the same actually. Sometimes you get that shiver when enjoying a very good music that impress you so much and makes you want to immediately share it to everybody you know. On the other hand, when you make a good music and truly enjoying it, you get the exact same feeling, plus an absolute happiness when you find that other people enjoy your work as much as you do.

MANDA
It’s a matter of responsibility, after all. You get the enjoyness from just listening your favorite music until it gets you some inspirations, but when you create it, you also have the responsibility from every other single details, such copyright, creative invention, the messages behind the songs.

-------------------------What is "Hope and Change" from your point of view?

DINA
It's what we try to convey in this third album. It's a message for our listener. It's as simple as short text message but as important as state address. It's a humble sentence that aiming the emergence of one's better life with positive attitude.

DEA
Never afraid to hoping for something, and never be reluctant to accept the changes. We don't want it to be somekind of a big 'national campaign' or anthemic. We just want to keep it low, aimed for each of ourselves first, about how we can do things better, do things which we hope can give a good impact for people near us. That's how good things are working, starting right from a personal level, at the very basic.

MANDA
Hope and change is a learning progress in life, where us, as human, willing to understand and dealing the doubts, gaining the good faith, and elevate us more to a new better way.

--------------------------- what kind of strong personality that you and other member of Homogenic have that makes the band becoming something colorful?


DINA

A chemistry bond among us. Three of us have different characteristic, and the hardest part of it is to conceive each person. Above it all, homogenic is not really a band. We talk personally, we're caring each other, we rely on each other, we spend most of our day together without always talking about music. We are a family. That might be the reason why our music become so colorful, because we colored our day concurrently.

DEA

Homogenic is not only me, dina, and manda. There are many people that involved, the label, the management, the tech-guys, the band-players, and the other artists that been collaborating with us since a long time. Each of us have a very different characteristics, different approaches to make things done, and it quite a challenge for us to make sure that everyone involved in the band are 'syncing'. We're always facing new challenges as band, as a collective of people with huge passion for music. Based on that, I'm quite sure that at this time, our bonds are keep stronger and making us more and more solid than ever before.

MANDA

Homogenic for me is a perfect package. We have different lifes, different thoughts, different interests, but what makes us united is the fact that we have the same vision, with our imperfectness and good value.

And in the end of this conversation, one of them said, “See you on the next story, my friend”. Till we meet again, shall we?

******************************************

Friday, August 13, 2010

Day #30 : Kast

Bahkan saya
berkali-kali ketik.backspace.ketik.backspace.ketik.delete.

Bahkan saya
berkali-kali sudahi.eh balik lagi.balik lagi.sudahi.balik lagi.sudahi.

Bahkan saya
berkali-kali selalu.senyum.menangis.senyum.menangis.seperti manic depressive.

Bahkan saya
berkali-kali membaca.menutup.membaca.menutup.mengucek mata.

Bahkan saya
berkali-kali jatuh.tertawa.jatuh.tertawa.jatuh.tertawa.jatuh setelah tertawa.

Bahkan saya
berkali-kali meladeni pertanyaan-pertanyaanmu.

---------------------Bagaimana kita dipertemukan?
Tentu saja saya tidak pernah tahu kalau kamu tidak membuang puntung rokok yang tergeletak di asbak. Saya tahu itu bekas siapa. Kemudian kamu ganti kopi yang saya teguk dengan teh manis hangat.
Ketika kamu harus pamit pulang, giliran saya yang duluan hilang. Kamu beri saya janji. Keparat yang satu ini perlu bukti.

---------------------Apakah perlu kecocokan?
Kamu hobi merangkak, sementara saya menyulam. Coba sambung-sambungkan.

---------------------Kalau saya sentuh sedikit, apa kamu akan marah?
Selesai kamu cari tahu bagaimana cara menjamu dengan baik, saya cari tahu cara pamit. Lalu boleh pegang saya. Genggam. Peluk. Jangan hanya sentuh.

---------------------Kamu tahu ini apa?
kamu?


Yang saya tahu.

Ini adalah episode terakhir dari misi #30harimenulis. Semua ide, pemikiran tentang posting terakhir bubar. Hasilnya seperti ini, saya meracau. Jadi, apakah misi ini berhasil? Mungkin tidak. Mungkin ya. Saya hanya butuh orang peduli. Bahwa ini wabah. Saya hanya butuh kamu, kamu, kamu, dia, mereka, tolong lanjutkan misi ini.




Boleh diingat. Saya (tidak) berhenti sampai disini.



(Bandung, Jumat 13 Agustus 2010. Dalam sebuah fiktif yang bersembunyi.
Maradilla Syachridar.)

Thursday, August 12, 2010

day #29 The lessons

Lesson no.1

if you get into something similar to what i got myself into, swallow your pride.
bitter pride! but hey, if you have to make things happen!!! argh!!

Lesson no. 2
Ever found yourself holding back because you’re too proud?

(I realized that pride would get me nowhere. You’ll never get anywhere if you don’t start somewhere. So as mentioned in lesson no.1, swallow your pride. But what I failed to mention was that the absence of pride makes me feel so bare. Like I’m holding on to it for that just-in-case moment that I realize I just don’t want to give it up— just yet.)

Lesson no.3
Don’t follow me… QUIT while you’re ahead.
Maybe he isn’t the one after all.


Lesson no.4

So, forget the rules!!!!!!!


Someone just told me recently that every decision I make will affect every aspect of my life. From the ridiculously minute details to the nagging must-dos, nothing is spared. I know, you might think it’s common knowledge. I thought so too, but it’s not. That little compliment you just gave may have made someone’s day or that modest smile you just flashed may have made someone’s heart skip a beat. Maybe even that nod of the head may have made that person feel someone does care. Those kinds of things. The ones we take for granted. The decision to be here is mine. This state. This place. This time.

Wednesday, August 11, 2010

day #28 Kebetulan



Serendipity

"kesanggupan atau keberhasilan untuk menemukan sesuatu dengan tanpa sengaja pada saat mencari sesuatu yang lain". Contohnya adalah penemuan planet Uranus oleh William Herschel. Herschel ketika itu sedang mencari komet, lalu ia menemukan Uranus yang awalnya ia identifikasi sebagai komet sebelum akhirnya ia menyadari bahwa benda itu adalah planet.

Serendipity is a propensity for making fortuitous discoveries while looking for something unrelated.

(from wikipedia)



Saya adalah orang yang percaya akan serendipity, dimana kebetulan yang menyenangkan ini tidak hanya datang untuk cinta belaka. pekerjaan, bisnis, bahkan hal-hal sederhana yang mengitari kita di kehidupan sehari-hari. Sebuah kata, yang semakin populer ketika tahun 2002 Miramax Film memproduksi sebuah film yang juga berjudul "Serendipity" (tentu saja serendipity disini mengacu pada cinta) yang akhirnya membuat orang-orang "ngeh" akan makna kata yang satu ini. Semua berakar dari suatu hal yang kebetulan. Tapi, benarkah sebuah keberhasilan seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor kebetulan?

Peter Mcwilliams pernah berkata, In reality, serendipity accounts for one percent of the blessings we receive in life, work and love. The other 99 percent is due to our efforts. jadi intinya memang usahalah yang mewujudkan keberhasilan kita. Klise sih, tapi memang tanpa adanya usaha, keberhasilan itu tidak akan tercapai. Tapi saya juga lantas tidak sepenuhnya mengiyakan. Saya percaya faktor kebetulan. Kebetulan ada karena memang ada suratan takdir yang menentukan.

Akhir-akhir ini, saya sering sekali mengalami kebetulan yang menyenangkan ketika saya merencanakan sesuatu diluar kebetulan itu sendiri. Setali tiga uang. Dari mulai dari pekerjaan atau bahkan (mau tidak mau mengakui) percintaan. Walaupun tidak seperti jalan cerita film "Serendipity" yang endingnya mudah ditebak, namun keyakinan bahwa akhir-akhir ini segala sesuatunya berjalan dengan baik (walaupun sedikit slebor) akhirnya disimpulkan, segala sesuatu itu berhasil kalau didasari oleh keyakinan.

(Sesederhana kebetulan nyari bahan siaran eh dapet website keren. Kebetulan mau rilis buku eh jadi punya temen diskusi baru. Kebetulan mau nyari lagu ini eh nemu lagu itu. Kebetulan mau makan disitu eh ketemu temen yang udah lama ga ketemu. See? serendipity ada di sekitar kita.)

Tuesday, August 10, 2010

Day #27 Fact or Fiction

I think it’s a common saying that life is stranger than fiction. But I remember my Lit prof saying that same line (he said it in the best way) and me thinking how so ironically true it was. Because I guess life’s the stuff fiction is made of. And perhaps, life gets so weird that you’d rather think of it as a fabrication of imagination to be able to cope or even to better understand.

And maybe what I’m about to write is purely fictional. But it doesn’t really matter.
This is not a short story, too short. Maybe this is a glimpse of short story. So yeah take it as a fiction.


................Surprise, surprise! He called again. This time asking me to meet at the corner. He got a Take-away. He asked if I wanted to walk. Having cancelled all my lovely plans for the night, I figured that I might as well make the most of my frumpy outfit.

So off I went to meet him with a little grudge as my Take-away. I entered the Take-away place with a slight scowl. He greeted me by commenting on my big blue bag.

“It seems you go everywhere with that,” he said with some amusement.

I simply raised my chin in defense. We stepped out in the chilly night wind. I needed to pee. Really badly. And I told him so. We walked around 1.5 km. to the Supermarket.

Walking to our destination he explained himself. Why step away but still confronting me, why he chose to stay in that area for a while, I wanted to believe him. But in the back of my head, he partied the whole 2 weeks. I didn’t argue because it wouldn’t do any of us any good. Then I remembered what he told me days back:

“ If a guy tries to clear things up with someone, even if it means lying, than he must care for that person. I don’t think he’d bother to explain himself if he didn’t give a damn.”

Remembering that, I simply kept quiet. He sometimes did see things in unconventional ways........................




Drenched and laughing, I realized that this night was a cliché come to life. And under the lamp’s bright white light, on a fact or fictional night, I hugged him good night.
If ever he does exist or not,
I want to thank him.

Monday, August 9, 2010

Day #26 Sadko In The Underwater Kingdom

Sadko bukanlah plesetan dari Sadako. Hantu Jepang itu.
Sadko adalah Sadko, sebuah opera Rusia yang terkenal, berdasarkan mitos-mitos (Slavic Mythology) yang berkembang disana, yang bercerita tentang sebuah kebahagiaan. Sadko adalah seorang musisi dan traveller yang menjelajahi lautan, kerajaan bawah laut, demi mendapatkan kebahagiaan untuk diberikan kepada orang-orang kota. Diciptakan pada tahun 1953, kemudian dirilis oleh Amerika Serikat dengan script-writer Francis Ford Coppola, dan seorang pelukis realis, Ilyas Repin.




Mungkin berlebihan jika kita harus mencari kebahagiaan hingga ke dasar laut. Yang ada binatang laut dan kegelapan. Atau memang benar adanya bahwa dibawah sana ada sebuah kerajaan. Saya pernah membaca sebuah kalimat di twitter teman saya yang berkata:

#augustwish Happiness.

+1.

Artinya, bahkan sejak manusia berevolusi, mereka diciptakan untuk mencari dan hidup berdampingan dengan sebuah esensi kehidupan: kebahagiaan. Dan lucunya, kadar serta definisinya pun berbeda-beda di setiap orang. Mungkin bahagia versi dia adalah mendapatkan tiket gratis untuk menonton konser Radiohead, atau bahagia versi dia yang lainnya berupa mendapatkan Vera Wang dress limited edition, atau kebahagiaan dengan versi yang sederhana berupa makan enak hari ini.

Sadko memang bukanlah Sadako.
Misinya pun beda, lebih mulia. Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mendapatkan kebahagiaan untuk diberikan kepada orang-orang.

Sunday, August 8, 2010

Day #25: Everything Is Temporary

Temporary things.

To come up with an entry with such title, I had to wait for the right moment which included thoughts or experiences that made the title meaningful and coherent. Well it’s a fact, everything is so temporary. Fast and fleeting, from the breaths we take to Time itself. The moments we futilely try to hold on to, the people we try so hard to keep, thoughts that keep racing through our heads, emotions that are just so volatile.

Maybe, I’m in the best position now to talk about impermanence. The kind of impermanence that involves the uncertainty of what I’ll be doing hours from now, days from nows, months, and even years from now. Everything is just hanging so precariously. Like in Limbo.

I wrote in a prayer for class, "Teach me to let go of both what I have and don’t need that open palms receive Your blessings"…there is bound to be something or someone who’ll make you see the moments that are spectacular and alive and not as something transitory and vanishing. Instances that’ll teach us that letting go is not a sign of helplessness or inability but a mark of courage and our capacity to hope and have faith.

"Change is choice" . I couldn’t help but nod and grin upon reading that line. To an extent, we still have the capacity to choose what we change unwilling to let the uncertainty of the Future get to us.

Maybe tomorrow…

I’ll bag the best job ever

Maybe tomorrow…

I’ll discover a hidden talent of mine

Maybe tomorrow…

I’ll found the love

…because I choose to see what the maybe-tomorrows may bring over the bland impossibility of despair.

I choose to act lest hope becomes half-hearted possibility.

Saturday, August 7, 2010

day #24 Stat. N. 0 % yes.

Kamar ini terlalu berantakan. Waktunya kita membereskan semua yang berjatuhan di lantai. Harapan, cita-cita, rasa takut, kenangan manis, rasa pahit dan sakit hati. Kamu bilang, bulan November kamar ini perlu diperbaharui. Pilihannya adalah, tetap menjadi milik kita, atau dijual saja.

Saya melihat kamar ini dengan pandangan nanar. Pada awalnya ada perasaan yang campur aduk yang membuat saya berpikir, kamar ini terlalu sayang untuk dijual. Catnya yang mengelupas menunjukkan umurnya yang tidak muda, jam terbangnya menunjukkan sebuah bentuk perjuangan. Lantas, saya mengusap temboknya. Rasa sentimentil dan rasa sayang sudah terlanjur bercampur dengan bercak noda-noda dan debu yang menempel. Paku-paku yang berisikan menjadi penyangga kalender momen sudah berkarat, dan dindingnya yang sudah retak menunjukan kegigihannya untuk menjadi saksi sepak terjang kehidupan yang berlangsung di kamar ini.

Kamar ini adalah sebuah hubungan. Antara kamu. Dan saya. Bulan November adalah sebuah titik balik yang menjadi sebuah jawaban atas rasa penasaran kita.

Yuk. Let's get together forever in 11.11.11, you offered me.

Diatas sebuah tangis yang menyela di sebuah perjalanan, jawaban atas tawaran itu akhirnya muncul ke permukaan: sayang, saya tidak bisa. Presentase jawaban ya itu berakhir di angka nol. 0% yes. It's a no.

From 40%. 20%. 65%. 29%. 35%. 10%. 9%.
End up with:
Stat. N. 0% yes
Status. for November. 0% yes means no.

Dan tangis ini kembali menyela sesekali, mengingat hal-hal yang berceceran di ruangan ini adalah sesuatu yang menyenangkan, tapi maaf, I don't belong to this place. Someone else does. Kamar ini tidak perlu dijual, saya pikir kamu sudah cukup dewasa untuk memperbaharui, bahkan seisi rumahnya pun kamu mampu. Kamu mampu. Semua orang setuju, dan pendapat saya cuma satu, butuh partner yang lebih pas untuk kamu ajak bersama-sama tinggal di dalamnya.

I loved you. A past sentence.

Mari bereskan untuk yang terakhir kali.




if everything has been written down, so why worry?
we said it's you and I with a little left of sanity
if life is ever changing so why worry
still you and i with silly smile and wave goodbye?
------ Grow A Day Older, Dewi Lestari

Friday, August 6, 2010

day #23 Lady Gaga and Illuminati.

Ketika saya bilang kalau Lady Gaga adalah boneka dari sebuah proyek yang dinamakan "Project Monarch", dia tidak percaya. Saya pun sebenarnya antara percaya dan tidak, karena saya sering sekali menemukan sebuah konsep promo seorang musisi yang dibuat sedemikian rupa. Rasa penasaran itu semakin lama semakin membesar setelah membaca artikel yang kali ini akan saya rangkum disini:

“Project Monarch”. Sebuah teknik pengontrolan pikiran yang mengekspos subjek pada suatu trauma secara keras sehingga pikiran mereka menghasilkan suatu disosiasi. Otak korban menjadiThe victim’s brain becomes terkotak-kotak dan muncul kepribadian baru yang kemudian dicetak dan diedukasi oleh si manipulator. Disini muncul suatu representasi simbolik yang melambangkan transformasi atau metamorfosis dari serangga cantik ini: dari ulat ke kepompong (dormansi, inaktivitas), ke kupu-kupu (kreasi baru) yang akan kembali ke titik asal. Juga termasuk pola migrasi yang membuat spesies ini menjadi unik.



Mari melihat apa yang direpresentasikan oleh Lady Gaga mulai dari yang paling sederhana, namanya.

Namanya
Gaga adalah kata yang langsung merujuk pada kekosongan pikiran. Berikut adalah beberapa sinonim :

Originally Posted by Thesaurus

1. Given to lighthearted silliness: empty-headed, featherbrained, flighty, frivolous, frothy, giddy, harebrained, lighthearted, scatterbrained, silly. Slang birdbrained, dizzy.
2. Afflicted with or exhibiting irrationality and mental unsoundness: brainsick, crazy, daft, demented, disordered, distraught, dotty, insane, lunatic, mad, maniac, maniacal, mentally ill, moonstruck, off, touched, unbalanced, unsound, wrong.

“Gaga” mungkin adalah kata yang paling mudah untuk diucapkan dalam bahasa inggris, seperti apa yang sering dilontarkan oleh bayi ketika pertama kali meniru ucapan. jadi namanya secara sederhana berkata : I’m a lady and I’m empty-headed. Kekosongan kepala ini dapat diisi oleh segala hal yang kau mau. Tiru saya para remaja. Kondisi jiwa seperti ini tejadi setelah proses mind control yang sukses.


Logo Lady Gaga

Logonya sangat mengungkapkan dan tepat. Badan seorang wanita tanpa kepala dengan sambaran petir sepanjang tubuhnya dan keluar dari genital. Sekali lagi, fokus kepada kurangnya kesadaran pikiran dari si penyanyi. Bagian badan terlihat seperti mannequins tanpa kepala aneh yang biasa dijumpai di toko pakaian. Sambaran petir mengimplikasikan tubuh tanpa pikirannya telah di “charged” oleh suata kekuatan yang memberikan hidup.

Simbolisme All-Seeing Eye

Kita hanya perlu melihat beberapa foto atau video dari Lady Gaga untuk menyadari bahwa secara konstan ia menyembunyikan satu matanya. Kebanyakan orang akan menginterpetasikan ini secara sederhana sebagai “sesuatu yang keren untuk dilakukan” atau “pernyataan fashion”. Mereka yang telah mengetahui 101 simbolisme illuminati tahu bahwa All-Seeing Eye kemungkinan adalah simbol yang paling dikenali. Gerakan menyembunyikan satu mata, umumnya mata kiri merupakan perintah okult. Eye of Horus.
(Horus kehilangan mata kirinya oleh saudara jahatnya, Seth, yang dia musuhi untuk membalas dendam pembunuhan Seth terhadap Osiris. Seth berhasil melukai mata tapi kalah dalam pertarungan. Mata disembuhkan kembali oleh sihir, oleh Thoth, the god of writing, the moon and magic. Horus mempersembahkan matanya pada Osiris, yang mengalami kebangkitan di underworld.
-Dictionary of the Occult)

Satu hal yang pasti, Lady Gaga untuk All-Seeing Eye




Gambar paling terakhir adalah paling signifikan. Itu memastikan bahwa fakta mata yang tertutup digunakan dalam konteks simbolisme esoteric. Mata kirinya ada pada tangannya, merujuk pada Hand of Fatima (evil eye). Juga, tak dapat dipungkiri kemiripan dengan good ol’ Baphomet.



Simbol God of Baphomet



Lady Gaga all seeing Eye

All Seeing Eye di belakang dancer Gaga selama Monster Tour.


Lady-gaga-baphomet-reminiscent-horns
Baphomet Reminiscent horns



Diluar kenyataan apakah Lady Gaga terlibat illuminati atau tidak, yang pasti ini juga bisa menjadi strategi promo yang cukup jitu untuk membuat orang penasaran atas artis yang satu ini.

(Baca artikel selengkapnya termasuk kata-kata bercetak miring dari sini)

Thursday, August 5, 2010

day #22 Recorded Con

Convo #1

RB : Ohh...Ketemu dong kita
(me) : Liat nanti deh
RB : Gue tunggu di city of angels n constant danger
(me) : Hahaha oke *dancing emoticon*
RB : Iya dancing lady
(me) : Correct : bouncy
RB : How about bumping lady
(me) : Aduh aku orangnya saklek, bouncy it is *laugh*
RB : Conservative ya elo orangnya?
(me) : I'm a strict free thinker :p
RB : You're free but focused, how bout that
(me) : Free but willy aja gimana?
(me) : Free willy #eh
RB : Good one maradiya *laugh*



Convo #2

E : I love you sister
(Me) : Ini macet ko
(Me) : Pengen ketemuuu
E : Aku juga sebenernya tapi kamu butuh waktu sendiri buat manjain diri kamu
(Me) : I'm a mess eh?
E : Quite a bit ;)
(Me) : Adeknya akhirnya ngalamin fase beginii
E : You work too hard, for everything, to yourself too
E : give a little time to loose end sister
(Me) : Dilla's ego
E : that's ok. only people with ego can climb high
E : cuman kali ini kamu lebih tertutup dari biasanya, gpp ko "telanjang" dengan semua perasaanmu yang kamu anggep paling ga penting sekalipun.




Recorded convo could came from any person, from your close friend to the stranger :)

Wednesday, August 4, 2010

day #21: Möl

Kalau saya menendang kerikil atau melempar kerikil yang ada di hadapan saya ini, saya tau pasti akan mengenai kamu, maka saya urungkan niat ini, walaupun saya ingin menendang sekali-dua kali, seperti yang dilakukan orang-orang dalam sebuah film ketika mereka kesal. saya kesal. tapi saya mengurungkan niat saya untuk berbuat apa-apa, bahkan mengeluhpun hanya sekali itu saja, sisa dari keluhan ini saya tutup rapat dalam sebuah toples yang berisi kumpulan resah.

Kalau saja kamu tahu, kerikil ini tidak saya lempar, tetapi saya genggam, saya remas, hingga berubah menjadi pasir, bahkan orang-orang bilang, pasir ini lebih halus dari pasir yang terhampar di pantai yang jarang terjamah, karena pasir ini terbuat dari perasaan seseorang. pada akhirnya saya tawarkan pasir kualitas tinggi ini kepada para pembuat bangunan, dan mereka tertarik. Kualitasnya tidak terkalahkan.

Saya bilang, saya akan jual murah pasir yang satu ini, dengan syarat, tolong sertakan kaki saya dengan pasir dan tanah dan semen yang mereka gunakan untuk membangun apapun yang ingin mereka bangun. Kening mereka berkerut, tapi hati mereka murahan, jadi mereka iyakan, tanpa ingin tahu tujuannya. Dan kamipun sepakat. Tanpa sedikitpun debat.

Kalaulah ada pertanyaan, saya tahu, semua itu hanya berasal dari kamu yang heran. Dan ketika kamu heran, saya akan jelaskan, kalau tujuannya hanyalah satu: biarlah kaki saya membatu, setidaknya saya tidak akan menendang-nendang, karena saya tahu, apapun yang saya tendang, semua itu akan mengenaimu, dan semua itu adalah akibat dari satu: kekesalan.






(möl : kerikil-red)

Tuesday, August 3, 2010

Day #20 : Daily Words

Words to be faced, thought to be written. I miss the moment of writing (or type) without much thought. I scribble on the perfectly lined paper of my notebook. I work around the borders. Underline underline underline.

From Sunday till monday you face the screen or paper. Sometimes I wish the world would just sloooow down so that I could catch up. And not feel so out of place.

I hate Mondays. There’s always a feeling of foreboding.
Tuesdays are so-so. I remember sunny side ups. Tuesdays feel yellow.
Wednesdays are fine. Mid-week is good. I think of barbecue and red.
Thursdays. The day I go to somewhere.
Fridays. Who doesn’t love Fridays?
Saturdays are never peaceful.
Sunday is tricky.

Week after week after week. Same old. Then, there’s everything else in between, in no particular order. And sometimes you wonder if you’ll ever feel as giddy or amazed or as fulfilled as the first time, when you first "fell" in love or took one hell of a photograph or even talked a geniune talk. Sometimes I begin to doubt, because it’s all the same. Repeat repeat again and again. It’s an obsessive-compulsive state. It’s an obsessive- compulsive world. Yeah.

And the obsessive compulsive world transformed into a daily words.

Monday, August 2, 2010

day #19 : The world welcoming you, Sarasvati :)


photo by: Egi Anggara

Pergantian tahun 2007-2008 menurut saya pergantian tahun yang lumayan menyenangkan. Pada waktu itu secara tidak sengaja, saya (yang pada saat itu belum terlalu dekat) menghabiskan tahun baru bersama Homogenic formasi lama. Dari rencana awal yaitu pergi keluar kota, akhirnya saya dan teman-teman saya menghadiri sebuah private party salah seorang anak dari petinggi kita (RI 1). Disitu, Homogenic mengisi acara. Namun sebelum acara tersebut, sebuah barbeque party pun diadakan dirumah Dada (manager Homogenic), dimana disitulah saya pertama kali saya melihat Risa Saraswati, Deena Dellyana, Grahadea sebagai manusia normal (bukan performer) tanpa make up, tanpa stage wardrobe, dengan candaan Sunda, dan obrolan-obrolan sambil lalu.

Sebelum saya bergabung dengan tim Homogenic, Homogenic sudah menjadi satu grup musik yang saya suka. Yes, I'm a silent admirer. Homogenic versi Risa, bukan kakak saya. Diluar kenyataan tersebut, Homogenic yang sekarang adalah sesuatu yang baru, sama bagusnya, yang memiliki perbedaan mencolok dari konsep barunya. Dengan atau tanpa kakak saya, saya selalu menyukai Homogenic. Tapi terlebih lagi jika yang menyanyi adalah kakak saya (bangga). Hahahah.

Saat itu saya melihat performance Risa, dengan ciri khas angelic voicenya, dengan kekuatannya yang membuat Homogenic seakan adalah satu sosok yang memiliki kharisma. Tapi itu juga terakhir kalinya saya melihat Homogenic dengan formasi Risa.

22 Juli 2010 adalah sebuah momentum perubahan bagi Risa yang akhirnya menjelma menjadi Sarasvati, Pembuktian bahwa ia mampu menanggalkan nama besarnya sebagai "Risa-Homogenic", dan menjadi Risa seutuhnya. Mengukuhkan idealismenya. Dina dan Dea ketika itu berkomentar, "Ini mah Risa banget, bener-bener maunya dia kaya gini ini sih."

Launching Sarasvati menurut saya sukses. Dengan balutan kain TA-nya Atyd (glow in the dark), dengan dukungan para additional players yang notabenenya adalah personil band-band besar, dengan konsep mistisnya yang "dapet banget" (Kemunculan "Peter", sinden wanita yang membawa lilin), visual dari Openlabs, dekorasi yang indah, dan cerita-cerita dibalik lagu-lagu yang dibawakan oleh wanita ini dengan sangat apik. Dulu, di Homogenic, Risa tidak terlalu banyak bicara. Sementara Sarasvati banyak berkisah. Dari saat itu ada dua lagu yang menjadi favorit saya: Bilur dan Perjalanan. Bukan hanya dari musiknya, namun juga cerita dibaliknya yang membuat bulu kuduk saya merinding. Satu prestasi yang membanggakan, ketika sebuah sosok lahir, dan melepaskan embel-embel masa lalu, dan menjadi pribadi yang baru, bahkan menjadi jalan yang terbaik, untuk Risa, juga untuk Dina, Dea, Manda yang hingga saat ini masih menganggapnya bagian dari keluarga besar Homogenic.

(sebagai informasi, kalau dipetik dari multiply Risa, nama project Sarasvati", diambil dari nama belakangnya dan ditulis dalam tulisan sanksekerta. Dimas ario yg memberi gagasan atas nama projectnya ini. idenya muncul saat hari saraswati dirayakan..tepatnya 27 februari. Kalo orang nanya, sejak kapan "sarasvati" muncul??? dia akan menjawab 27 februari 2010)


So you're changing now Risa. And the world welcoming you, Sarasvati :)


photo by: Elora Rini Hapsari

Sunday, August 1, 2010

day #18 who needs radio when you got beautiful mixtapes?



Satu email yang membuat saya terinspirasi, dan kembali pada ingatan atas sebuah buku yang (kebetulan) sudah saya baca.

Bukan untuk menjadi seorang presenter kondang, tapi bermonolog sambil memutarkan lagu favorit itu menyenangkan. Bukan untuk menjadi mc handal, tapi bermain dengan teater pikiran dengan latar belakang musik itu sebuah seni yang membuat saya ketagihan. Satu hal menyenangkan lainnya adalah berkutat dengan flow lagu, playlist ajib, yang tidak hanya bisa ditawarkan oleh radio semata, tapi juga mereka-mereka yang memiliki anugerah ketika mereka menjadi seorang mixtaper (sebutan saya untuk makhluk-makhluk yang bisa membuat mixtape canggih).

Tujuh tahun berhubungan cinta, didasari oleh passion terhadap musik, terciptalah "Love Is A Mixtape" by Rob Sheffield (music writer Rolling Stone) yang menceritakan hubungan percintaannya dengan istrinya, seorang Renée Crist, penulis berbakat sekaligus music-geek, yang akhirnya meninggalkan Rob selama-lamanya. Memori adalah sebuah kata yang sangat kuat, karena komposisinya adalah emosi, perasaan, sesuatu yang personal, dan memori yang didukung oleh referensi musik yang kuat cukup membuat saya berkata, Rob, your relationship is perfect. I'm not saying was. It "Is", because your relationship is too worthy to accompanied by was.

Musik adalah sesuatu hal yang fundamental. saya tidak memiliki referensi yang mencengangkan orang hingga mereka berkomentar "What are you? Some kinda music dictionary?", tapi saya cukup percaya diri untuk berkata bahwa saya sangat menghargai hal yang satu ini, terlebih jika mendapatkan lagu-lagu yang memang susah dicari. "Love Is A Mixtape" adalah sebuah buku yang bisa membuat saya tersenyum geli, berpikir, larut dalam petikan review, dan mengangguk-angguk setelah mendapatkan wawasan tentang musisi-musisi seperti Leonard Cohen, Dusty Springfield, Pavement, The Pooh Sticks, dan The Meat Puppets. Satu kesimpulan yang saya dapatkan, mixtape dapat menjadi media sebuah evolusi cinta. Sebuah mutasi pedekate atau bahkan komunikasi, lebih dari sekedar pertukaran surat.

Menyenangkan rasanya tersenyum mengetuk-ngetukan jari di setir ketika berada dalam sebuah perjalanan dan diiringi lagu yang pas dan sesuai hati. Atau mengeluarkan ekspresi berlebih ketika mendengarkan lagu favorit kita, yang bisa dikategorikan sebagai musik yang sidestream, tapi ternyata eh ternyata, diputar di radio kesayangan kita. God bless all of the talented music directors.

I'm in high.

High whenever i heard great songs, with great lyrics. And good music is like some damn drugs along with its withdrawal effect.

Saturday, July 31, 2010

day #17 Blur, not the band

I’ll spare you overly-analyzed details but I will share my recklessly candid thoughts on these past events

When you feel like you’re leaving certain period in your life you tend brace yourself for the impact. The impact of something totally uncertain and possibly foreign. You’re psyching up yourself to expect the unexpected (i.e. The Worst), you try to futilely make some sort of feeble sense of the little information or knowledge of have of the what’s-to-come.

You struggle, perhaps.

Not the sort of struggle that entails the clashing of fists and all that but maybe the sort of turmoil that happens in the heart and in the mind. Emotions that refuse to be understood. Thoughts that simply cannot rest. I guess biologically, that’s how we were built. To be on our toes, to be alert, to be ready. But the question still lingers…"Be ready for what, exactly?" Ahhh, the anxiety and innate curiosity the future brings.

Maybe in that bracing of ourselves for the Unknown, we unconsciously try to take in every single detail, mercilessly try to cheat time to letting us savor the remaining certainty we have. I have many times tried to encapsulate my emotions, tried to hold on to memories, tried to breathe a little slower to take it all in. To take a single flash of a zillion happenings all in a brief moment. Too much to digest. The mind can only take in so much, unfortunately. Thank God, for technology.

Drawing a mental picture, it seems that you try to protect yourself from the looming Unknown but at same time, you render yourself utterly vulnerable by trying to take in everything. Unfiltered. So real. In motion. And there you are in middle of two seemingly opposing forces. And there you lay more perplexed. And that is how I feel. So overwhelmed. Like a tidal wave. That in one swift encompassing motion, stuns me. Drowning. An overkill.

Beautiful.

Free of regret.

And in processing everything that’s happened, I’ve come up with fragmented happy pieces. And the giddy emotions and the vivid memory re-makes.

I once said: in my moment of drowning, in any moment of confusion and shock, I’ve learned to love even more, to give more generously, to live more passionately, to laugh even louder, smile more sincerely, and to hope unrelentingly because on my way to recovering those little bits and pieces, I’ve become someone I’ve never thought I could be at this point. More mature perhaps. But definitely, someone braver who’ll face the Unknown with the knowlegde that I’m living the way I wanted to be.

In the middle of all this hum-drum, I’m happy I lost myself somewhere.

And i remember that i always say:

Tomorrow may be shit. But I’ve come too far, why stop?

Friday, July 30, 2010

day #16 something BIG, good or bad.



I know.

I should start cleaning. I see a pile of clothes all dumped in one corner and some strewn in my bed. Pieces of paper just scattered on the floor. Anyone who enters my room will automatically sum me up as slob. Well, yeah, I am slob, a self-confessed-I-don’t-care-where-this-goes-slob.But, when I get cleaning, I’m serious and take it into heart (beware!).

So, before I start with the heavy duty cleaning, I’m taking time off to blog.

So what shall I criticize, rant,talk,reflect on today eh?

well I was thinking about gestures earlier today how we wait for the big thing, that moment that would define the word happiness. Tell me I’m not the only waiting for such great things to happen. But you know what? Something in my head tells me it’s already happening, the litlle things I tend to overlook which amounts to something BIG. I don’t know, but I keep telling myself,"no, it’s different, it should a one-time, big-time experience." So anyway, there goes grand gestures.

so i've Been trying to read Murakami’s Hard Boiled Wonderland and the End of the World. It’s an interesting and thought-provoking read but it’s too-word heavy! But love it nonetheless. And as you see, Murakami always provoking me. starting with a provoking thought is always the most difficult thing to do it with love, friendship, work, everything, the middle is where the heart of it all lies, ending is the most bittersweet.

so yeah, that leads me to the question: do I have another thing to start? start to realize what this and that really means? when I do start to be satisfied with who I am and what I have? when do I start to end this searching for where to start?

Wow, what a mess. hehehe

That’s me. Complicated and such a mess. But I love me nonetheless!

Thursday, July 29, 2010

day #15: Twitter for Music




"belum twitterfreak kalau belum mimpi tentang twitter. jadi teringat cerita @ALakaUCAY yang mimpi berantem sampe manjat timeline.gusti."

itu adalah kutipan saya tentang twitter, satu media jejaring sosial yang makin membuat saya addicted sampai saya tidak rela kalau blackberry connection saya mati dan saya gak "ngetweet".

twitter memang menyenangkan, i love twitter. saya juga suka musik (loh). alasan mengapa saya hubung-hubungkan adalah, bagaimana jika itu digabungkan? twitter dan musik. jawabannya adalah, untuk itulah Blip.fm ada. untuk beberapa orang, media ini mungkin sudah tidak asing lagi, tapi karena kemarin-kemarin saya baru tengok lagi, jadi pengen review sedikit.

Blip.fm adalah sebuah situs jejaring sosial, sama-sama microblog, tapi bedanya kalau twitter tidak punya fitur untuk berbagi rich media (harus mengunggah via situs web lain seperti TinyUrl atau Youtube), Blip.fm yang disebut memiliki spesifikasi berbagi rich media berupa file lagu dengan ekstensi MP3. dulu, saya bergabung dengan media ini pada bulan April 2010. belum cukup lama sih, media ini saya gunakan untuk mencontek playlist music director favorit saya, yang menjadi referensi rahasia saya.


Serunya dimana?

well, buat saya serunya adalah ketika kita menjadi dj dan memiliki station radio sendiri. setiap "ngeblip", orang yang menjadi listener kita (kalau twitter itu followers) bisa mendengarkan lagu pilihan kita, termasuk juga, kita bisa mengikuti perkembangan dj favorit kita karena setiap mereka "ngeblip", update lagu-lagu mereka masuk ke timeline kita.



hell yeah. Blip.fm is awesome, isn't it?
see my Blip.fm's profile here

Wednesday, July 28, 2010

day #14 : Green Dolphin Street

It began when the most underrated phenomena in the world--curiousity, came all of sudden. I was being curious about A woman-singer, who ever sing "The Look of Love", the cover version of Dusty Springfield.

not the legend Diana Krall, Gaynor Ellen, Fergie, Diana Ross, Nina Simone, Dionne Warwick, or else. and after an hour of searching plus the drama,the absolute answer came from a good friend of mine, and the dearly mother.

Beverley Staunton.
And the melody played in my mind.
not only "The Look of Love", but also another her cover version of nostalgic song, "The Green Dolphin Street".

Lover, one lovely day, a love came, planning to stay.
Green dolphin street supplied the setting, the setting for nights beyond forgetting.


i remember the day when my mother said, "you should hear this, dear, she's such a good singer." and then her good review conspicuously manipulates my curiosity.show me more attraction, mother, make me more curious, because i always believe that curiosity is rarely faked simply because people aren't generally aware that it is such a reliable indicator of attraction.

now let's go back to the Beverley Staunton.


and through these moment apart,love come here in my heart,
when i recall the love i found on
i'm gonna kiss the ground i found on Green Dolphin Street.



thank you for giving me good references, mother.

Tuesday, July 27, 2010

day# 13 : your mind is the scene of the crime.




mungkin saya akan mempertimbangkan, atau bahkan mengiyakan, ketika tawaran untuk menjadi kriminal mimpi itu datang. Sang Ekstraktor. sebuah pekerjaan menggiurkan yang membuat orang mungkin akan merasa, itu bukanlah kejahatan, karena hanya sebatas menjadi tukang intip, seorang tukang intip mimpi. atau hanya sekedar menggenggam tangan seseorang dan mengajaknya bertamasya di alam mimpi.

Inception
Sebuah film yang didasarkan pada keadaan seseorang yang sadar saat bermimpi, kondisi yang disebut dengan lucid dream atau mimpi cerah. Ketika kesempatan untuk menjadi "Oneironautic" itu muncul, tanpa banyak tanya saya akan menjelajahi setiap mimpi orang-orang yang selalu memunculkan banyak tanya, bermain dengan gravitasi, menerobos masuk kedalam lapisan-lapisan yang semakin lama semakin dalam, merampok semua memori yang tidak pernah terkuak, dan mengubahnya, demi sebuah kepentingan.

Inception adalah satu dari sekian banyaknya karya seni tentang mimpi yang membuat saya menjadi ragu, karena dunia ini, seperti yang saya selalu tuduh, terlalu abu. semua bermain dengan permainan pikiran: Memento. Science of Sleep. Vanilla Sky. Matrix. Waking Life. Eternal Sunshine of The Spotless Mind. Being John Malkovich. Insomnia. The Prestige.

Saya tidak peduli jika saya ternyata tidak hidup dalam sebuah realita. Saya tidak peduli jika kita hidup berdampingan diatas sebuah kesalahan yang tidak nyata. Saya tidak akan mempertanyakan kebodohan orang yang mengunci memori tertentu hanya untuk diratapi semata. Dogma, teori filosofis, semuanya boleh saja berbenturan, tapi jangan usik kebahagiaan saya. dan jangan coba-coba memanipulasi perasaan saya.

Monday, July 26, 2010

day#12 : one and always repeated song



When I can't look the other way
There's only you to wonder
And on hard times a doorway leans on days
As though I'm needing you
And some have helped me become older
I suggest you're using me after moving on
I'm really sorry, lost time won't wait
You always took so long
I'm leaving now
All your praising me turned tides all over mine
Are you erasing me
Lipstick from the asylum goes on
Something that has stolen us
Always some
Something that has stolen us
Always some
I put it on you and me and now
I hate it all you and me


(Alpha - Lipstick from the asylum)

Sunday, July 25, 2010

day#11 : Retorika

Retorika.
(dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher)
sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo).

Entah teknik retorika apa yang dilakukan oleh sesosok makhluk yang satu ini. Entah retorika atau memang ada propaganda dibalik perkataannya. Setiap kita tidak setuju dengan kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya, dia bisa mematahkannya. Entah dia adalah keturunan Kenneth Burke hingga ia mahir dalam hal epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.

Ketika orang mengingatkan dia yang berwajah muram untuk tertawa, dia bilang, kebahagiaan tidak pernah senantiasa.
Ketika dia melihat orang lain kecewa, dia murka. Kenapa harus meratapi sengsara.
Ketika orang-orang bodoh itu bungkam, dia bilang, untuk apa di dunia ini tercipta tanya.
Ketika dia disodorkan pilihan, dia mengerutkan keningnya, kalau begitu kenapa takdir dari awal harus ditentukan?

Saturday, July 24, 2010

day#10: The Gipsy King



It's a journey to cross the ocean. A long way road to neverland with neverending words. I quit from this Cirque de Soleil, i just wanna leave my identity as a rom, and being Karmen the javanese gypsy women. I have a gypsy heart and willing to travel around and round and round and round. Time, we don't have much time, maybe it's getting closer to the day that has no tomorrow, so let's pick up the caravan and gone. You don't need to read my fortune, we have the faith that we're surrounded by the biggest luck.

write the story.



filling the empty paper.




Oh dear, why don't you be my companion. you have a perfect picture of a gypsy king in this whole wide world.



Photos by: Reza Budi Prabowo, Dylan Sada

Friday, July 23, 2010

day #9 Deadline.




Adalah "Tanah Tabu" yang sekedar lewat dan sekedar menjatuhkan bom waktu dan kembali mengagetkan saya yang menjadi latah untuk mengikuti jejak kesuksesan seorang Anindita S.Thayf yang memenangkan kompetisi novel Dewan Kesenian Jakarta. Adalah sebuah pukulan bagi saya mengingat hanya dia satu-satunya orang yang memenangkan kompetisi yang diadakan dua tahun lalu itu, karena topik-topik peserta yang kelewat basi dan terlalu monokrom. Isu keagamaan, melodramatik, dan epigon klise. Mungkin ada rasa malu dan takut ketika saya ingin menyodorkan naskah setengah jadi ini dan menyelesaikan hanya dalam kurun waktu satu bulan (yang menurut saya terlalu singkat) namun keinginan ini terlalu menggebu-gebu. Setidaknya sekali dalam seumur hidup, saya harus memenangkan kompetisi ini. Setidaknya sekali.

September, novel setengah jadi yang belum memiliki judul ini mau tidak mau harus siap. "Absurd Paradiso" (novel kedua saya) juga harus sudah memulai tahap finishing,dengan dibantu oleh teman-teman dari Elsepress (atau Scandal Studio) yang kali ini menawarkan sesuatu yang beda, penerbit mandiri yang siap bertempur dengan keidealismean mereka dalam mewujudkan mimpi-mimpi orang-orang yang ingin berkarya dengan cara yang berbeda.

Deadline.

Mungkin dibalik kepelikannya, ada sesuatu, sesuatu yang terang, menunggu di tahun 2011. Atau bahkan sudah dimulai di penghujung tahun ini.

Thursday, July 22, 2010

day#8 : the terminal



Terminal Bus Jepara. Ketika tiba di tempat ini, saya teringat kepada satu film yang disutradarai oleh Friðrik þór Friðriksson, yang berjudul "Englar Alheimsins", sebuah film Iceland yang menceritakan kehidupan homeless people di stasiun bus di Reykjavik. film yang sangat menarik, dengan tema yang sangat menarik.

Terminal bus, menurut saya, adalah satu tempat yang magis. Tempat yang memiliki filosofi tersendiri. Satu tempat yang membuat orang menunggu. Pergi. Tinggal. Sebuah peradaban berkembang disana. Dari hanya sekedar singgah, atau menggantungkan hidupnya, sebuah terminal menjadi satu tempat yang memiliki arti tersendiri bagi setiap individu yang pernah terkoneksi dengannya. Sebuah paralel, dimana terkadang koneksi antara tempat ini dengan sebuah individu ini begitu kuatnya hingga sebuah terminal selalu dijadikan alasan untuk menjadi penghantar sebuah penantian.

Dan pikiran saya kembali berputar. Berapa banyak jiwa yang menunggu jiwa yang lainnya di terminal ini dengan sabar? Berapa banyak jiwa yang tersesat di terminal ini hingga ia memutuskan untuk melakukan hal yang sama dengan Viktor Navorski dalam film "The Terminal", menjadikan persinggahan ini sebagai "rumah" yang bersifat sementara? Dan berapa banyak jiwa yang datang ke terminal ini dan ternyata mendapati, tidak ada jiwa lain yang menunggunya di tempat ini?

There is a light in this terminal. you can choose your own bus. either it's ignorance bus, or intelligence.
You can ask someone in that terminal, someone you knew, or even stranger, to pick the bus and have long journey, or you can take the bus alone, let someone waiting for you in in this terminal.

Wednesday, July 21, 2010

day#7 : Getaway

"Ngelamun ajah," he said. I just smiled and keep looking at the big wave, still thinking over the fact that I have so much in my life to be thankful for and realized that experiences in life is my focus. Sit back and silence. This experience has enlightened me and energized me. I could not have gotten through this season without this kinda getaway.

Wait..is this some kinda getaway? What getaway? Running from working environment? The only reason I took this as a getaway actually because running from our city with their issue, in a sense, means that we're running from one's self, and see that as the chief advantage of travelling. The first duty of revolutionary is to get away with it.

So I woke up this morning. This is the last day of trip in karimun jawa. Tanned skin, dirty clothes, a bit souvenirs, and a memory of all of us spending our togetherness in the island that never fail people to say, "it's beautiful". The tour guide once said that there's always foreigners who came and finally decided to stay longer. This is one of those heavens in Indonesia.

Now I have to go home. Yes it's true when the old saying: reality bites.

Tuesday, July 20, 2010

day#6 : truth or dare

Suatu ketika kita memulai permainan itu. Truth or dare. Beberapa kali saya memilih dare, karena saya tahu, kamu ingin berusaha mengintip lapisan yang saya buat dengan sengaja.
Ketika kamu memulai untuk lebih banyak memilih truth, saya mulai berpikir, kenapa lapisan ini tidak dibiarkan untuk bisa diintip sedikit saja?
So truth. Or dare. Saya tidak peduli harus memilih apa. Or let's play just dare,karena siapa tau antara saya dan kamu, tidak akan pernah ada truth yg terkuak.
This is only a game, after all.

Why don't we just being teenagers? Playing truth or dare, while you're drinking too much ‎​beers, and pretend that you're drunk and tell me the truest truth, when actually you're completely sober?
Sebuah tantangan yang sejati adalah bagaimana kita bisa memenuhinya, no matter how silly or nasty it is, dan sebuah pengakuan "ya atau tidak" atas pertanyaan "truth" yang tidak berbuntut panjang.
Every probable truth validates itself with truth or lie. You know how discover which.

Hari ini, teman kita mengusulkan permainan ini lagi. Mungkin kita hanya bisa berpandangan, karena kita memiliki pengalaman buruk tentang permainan ini.
Not the game, but the moment during the game. We wished (that time) the game was longer, we could forgot what issue that we had behind the game.
Dan kali ini, kita hanya bisa sama-sama tersenyum. It's a lame game anyway, lame game yang bisa menjebak kadar kepercayaan orang, dan berubah menjadi berbahaya ketika kita terlalu sportif memainkannya.
Atau, sekalian saja, truth or truth, we know we have too much questions, and seeking too much answer.


Ingin sekali saya beberkan sebuah "truth" ketika kita memainkannya.
The truth is, I don't need to play this such of game to realized you have too much truth that you will never revealed.

No more truth or dare sooorrryy, I had fun though. Let's just play another lame game.
Spin spin spin spin the bottle!

Monday, July 19, 2010

day #5 : stars

That each star is unique.

they somehow seem to follow some kind of physics.
There’s this law in physics that two objects cannot occupy the same space,
that even if you put one on top of the other, it wouldn’t count as "the same space"…you get the picture…and
I am quite certain that this law of physics is applicable to those twinkling seemingly miniscule dots in the heavens
Curious and magnificent how the laws of physics transcend space and time in this aspect.
But I, being so poor in physics, couldn’t really explain quite intelligently. Perhaps an attempt philosophically would be more Me.

So science of the stars aside, stars also represent hope.Or greatness.Or a reminder of how insignficant we proud beings are. It represents a kind of calculus, and in Quentin Lauer’s words, "always approaching but never achieving a complete grasp." They are simply out there too far to hold, grounding us, telling us that we can never really attain utmost perfection because it is merely an ideal.An abstraction. Have you seen perfection? I know I haven’t. But that does not discourage us from seeking it, as the proverb goes, "hitch your wagon to a star". Yet you may argue that it is then futile if there exist no perfection. But in seeking perfection, in striving for it, we become approximates of it, possibly fleeting reflections of it. If you think about it,if all the powers of the universe and beyond conspired with you to make you all perfect, what’s next for you? Would you simply float and boast of your ultimacy? You would become nothing but stagnant. Nothing anymore than the adjective perfection.
It all started with a simple question.

Stars.

(Terinspirasi dari langit karimun jawa yang bintangnya masih bisa dipuji-puji super lebay :D)

Sunday, July 18, 2010

day#4 : word of the day.

Tantivy.
(Tan-TI-vee)

Adjective: swift;rapid

Adverb: at full gallop

Noun: a rush, a gallop, or stampede

Interjection: used as a hunting cry when the chase is at full speed.


It's your destiny to pick your own word of the day. It became my daily mundane to open the dictionary.com and pick up the words of the day.
Now,"Tantivy" is my new friend, and either it will be forgotten,or will be stayed in this mind for such a long time, I decide to make a sentence
to appreciate this newly invention:

I found you, galloping tantivy over this dusty talk.

There, I said it.

So how about you? Did u ever do just like I do? Found a newly vocab, and make it as a destiny?

Saturday, July 17, 2010

day#3 Creature of Habits.



Memakan gorengan di pagi hari selepas morning show. Memesan menu yang sama di dapur eyang. Lupa mencabut colokan setrikaan. Ketinggalan kunci. Melirik bb setiap bangun pagi. Berkaca ketika menyetir. Tidur dengan TV menyala. Welcome, to the one who is extremely used to their own habits and does not function well without them.

Mungkin kita semua mengalaminya. Ada yang datang ke salon, dengan habit yang selalu sama: creambath, krim strawberry, scrub punggung, sambil dicreambath memesan baso tahu dan teh botol. selalu seperti itu. And it's just one of the example. I think as humans we all are creatures of one habit or another. there are just certain things that we must do each day for our lives to run smoothly.

Entah kenapa hari itu saya memesan menu yang berbeda di dapur eyang. Teliti mencabut colokan setrikaan sehingga tidak dimarahi sang ayah yang kerap kesal. Tidak melirik bb. Tidak bolak-balik ketinggalan kunci mobil. Tidak berkaca ketika menyetir. Tidur dalam hening.

Tapi mungkin saya tidak sendiri. Melawan ciri khas orang sebagai "makhluk kebiasaan", hari itu, mungkin dia tidak menonton ESPN malam itu. mungkin sepasang suami istri itu tidak berendam bersama sambil bercengkrama sebelum waktu tidur, mungkin anak itu tidak minta dibacakan cerita upin-ipin setiap kali mogok makan, ada kalanya kita ingin melawan kebiasaan.


See this lately i had another habit, which is smiling everytime i saw the notification. either messenger (especially email-notification), and it keeps me being a creature of habits. And i knew, that next day, when i againts my daily habitual action,

something's wrong with me.