imagine life served straight up, what you see is what you get. yes is a yes and no is a no, there's only truth, not lies, even the white one.
hari itu, sepulang dari perjalanan malam, pandangan saya menerawang ke langit-langit kamar. satu kesimpulan yang tidak terbantah menyeruak ke permukaan bahwa saya harus mengakui pada diri saya sendiri bahwa : saya adalah seseorang yang bisa dikatakan ambigu.
maka, ketika dihadapkan pada sebuah percakapan, satu perbincangan, suatu kalimat dari mulut ini dapat menipu. dapat mengelabui. bukan dusta, hanya kejujuran yang ditutupi. saya tidak berbohong, hanya kadangkala, saya kerap berpikir bahwa kejujuran yang disampaikan secara gamblang dan kelewat transparan dapat menyakiti hati seseorang.
sedangkan, di sisi lain, ada orang-orang yang menyukai segala-sesuatunya yang disampaikan benar-benar secara harafiah. "kamu pengecut" tidak bisa diganti dengan "sayang, kamu hanya kurang berani.", dan ketika ada sesuatu yang kurang berkenan, ia akan menyuarakan dengan lantang. ketika ia kesal, ia akan berkata kesal. ketika ia marah, ia akan terlihat marah.
pada akhirnya, saya yang ambigu, ketika dihadapkan pada mereka yang seperti itu, akan terus tetap ambigu, dan mereka yang seperti itu, akan semakin kesal dan semakin marah karena melihat saya tidak bisa ditafsirkan seperti apa adanya. mereka mengeluh, saya terlalu rumit. mereka memarahi saya, mencaci-maki saya. emosi saya mulai terpancing. namun...
pembelaan saya hanyalah,
tidak ada salahnya dengan menjadi seorang yang ambigu.
keindahan surealisme dan sesuatu yang absurd tidak akan pernah lahir jika segala sesuatunya selalu terlihat seperti apa adanya.
1 comment:
yuu, ambigu memang unik, tapi banyak yang menganggap ambigu tidak konsisten
begitupun abu2 seringkali dicap setengah2, bukan absolut seperti hitam atau putih
Post a Comment