Wednesday, August 4, 2010

day #21: Möl

Kalau saya menendang kerikil atau melempar kerikil yang ada di hadapan saya ini, saya tau pasti akan mengenai kamu, maka saya urungkan niat ini, walaupun saya ingin menendang sekali-dua kali, seperti yang dilakukan orang-orang dalam sebuah film ketika mereka kesal. saya kesal. tapi saya mengurungkan niat saya untuk berbuat apa-apa, bahkan mengeluhpun hanya sekali itu saja, sisa dari keluhan ini saya tutup rapat dalam sebuah toples yang berisi kumpulan resah.

Kalau saja kamu tahu, kerikil ini tidak saya lempar, tetapi saya genggam, saya remas, hingga berubah menjadi pasir, bahkan orang-orang bilang, pasir ini lebih halus dari pasir yang terhampar di pantai yang jarang terjamah, karena pasir ini terbuat dari perasaan seseorang. pada akhirnya saya tawarkan pasir kualitas tinggi ini kepada para pembuat bangunan, dan mereka tertarik. Kualitasnya tidak terkalahkan.

Saya bilang, saya akan jual murah pasir yang satu ini, dengan syarat, tolong sertakan kaki saya dengan pasir dan tanah dan semen yang mereka gunakan untuk membangun apapun yang ingin mereka bangun. Kening mereka berkerut, tapi hati mereka murahan, jadi mereka iyakan, tanpa ingin tahu tujuannya. Dan kamipun sepakat. Tanpa sedikitpun debat.

Kalaulah ada pertanyaan, saya tahu, semua itu hanya berasal dari kamu yang heran. Dan ketika kamu heran, saya akan jelaskan, kalau tujuannya hanyalah satu: biarlah kaki saya membatu, setidaknya saya tidak akan menendang-nendang, karena saya tahu, apapun yang saya tendang, semua itu akan mengenaimu, dan semua itu adalah akibat dari satu: kekesalan.






(möl : kerikil-red)

No comments: